Zikir Menyembuhkan Kankerku Oleh : Dr. Dito Anurogo21-Mei-2008, 10:05:09 WIB – [www.kabarindonesia.com] |
KabarIndonesia – Inilah suatu cara baru yang telah terbukti efektif dalam mengobati dan menyembuhkan kanker otak ganas dan kanker nasofaring. Metode zikir dan doa yang ada di dalam buku Zikir Menyembuhkan Kankerku ini dikembangkan oleh seorang pakar yang keilmuannya di bidang tasawuf tak dapat diragukan lagi, Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A. Buku cetakan I, Juni tahun 2007, setebal 237 halaman ini diterbitkan oleh penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), Jakarta.
Endorsement untuk buku ini: “Dari foto CT Scan dan MRI otak mas Amin, terdapat tumor otak. Diduga kuat tumor tersebut ganas (kanker otak), dengan ramalan usia tinggal 3 bulan s/d 1 tahun. Operasi otak yang dipersiapkan dengan baik, berhasil mengangkat seluruhnya. Tumor yang sebelumnya diduga ganas itu, ternyata meleset, menjadi jinak. Bisa jadi perubahan ini karena kelemahan prediksi ilmu kedokteran, atau jangan-jangan inilah hasil dari kekuatan doa. Karena bagi Allah tak ada yang tak mungkin.” “Kanker nasofaring seperti kanker lain, merupakan penyakit yang sukar sembuh. Akan tetapi bukan berarti tidak bisa sembuh. Secara medis kesembuhannya sangat dipengaruhi oleh stadium penyakit, pengobatan yang diberikan, kepatuhan, dan kepasrahan, zikir dan doa penderita. Dan, alhamdulillah, salah satunya yang sembuh adalah Saudara M. Amin Syukur.” “Saya laksanakan zikir dan doa sesuai dengan petunjuk Bapak Amin Syukur. Beberapa bulan kemudian saya merasakan kondisi saya membaik, hingga saya merasakan betul-betul sembuh.” “Amin menemukan metode penyembuhan penyakit lewat zikir pernapasan.” “Buku ini menawarkan suatu pengalaman, solusi, dan pencerahan dalam menghadapi dan menyikapi penyakit yang menurut dokter tak lagi memiliki harapan untuk sembuh. Zikir, doa, dan pernafasan yang ditunjang terapi medis, ternyata terbukti efektif menyembuhkan (baca: menaklukkan) kanker ganas dan penyakit lainnya.” Tentang Buku Ini Aku membagi buku ini kepada empat bagian. Bagian pertama, aku bercerita tentang pengalaman hidupku. Aku juga berbagi, pada bagian ini, pemahamanku terhadap agama. Baik pengalaman hidupku maupun pemahamanku terhadap agama, aku jadikan pedoman dalam menjalani hidup, terutama saat aku harus menjalani pengobatan melawan kanker. Pada bagian kedua, aku bercerita tentang latar belakang mengapa aku bisa terserang kanker. Betul, bahwa semua yang ada di dunia ini sudh diatur oleh Allah. Akan tetapi, harus diingat pengaturan Allah terhadap dunia didasarkan pada hukum-hukum yang tetap, yang disebut sebagai sunnatullah. Pada bagian ini juga aku bercerita tentang pergulatanku melewati tahap-demi tahap pengobatan medis. Pada bagian ketiga, aku berbagi tentang caraku mengimbangi pengobatan medis dengan terapi zikir dan doa. Aku meyakini zikir dan doa memberiku kekuatan dan ketenangan sehingga upaya medis yang dilakukan bisa berjalan dengan sangat baik. Pada bagian ini, aku juga berbagi tentang zikir dan doa yang aku amalkan selama proses pengobatan dan penyembuhanku. Pada bagian keempat, aku berbagi tentang pelajaran-pelajaran yang aku dapat dari pengalamanku melawan kanker. Dari pelajaran ini diharapkan, kita bisa seminimal mungkin menghindari penyakit. Dan kalau pun terjadi, kita bisa menyikapinya dengan benar. Aku berharap apa yang kusampaikan dalam lembar demi lembar buku ini memberi inspirasi kepada siapa saja dalam menyikapi dan mengambil keputusan yang benar atas kenyataan hidup; apapun bentuknya, susah maupun senang. Uraian berikut ini merupakan intisari Zikir Menyembuhkan Kankerku. Bagian Pertama: Kesiapanku Menjalani Hidup Satu Pada halaman 17-18 dikemukakan bahwa “Menjadi lebih baik dari kemarin” menjadi kunci bagiku dalam mengawali langkah esok hari. Inilah filosofi hidup yang aku terapkan. Keinginan untuk berbakti pada orangtua, keinginan untuk lebih rajin beribadah, keinginan untuk bisa membantu orangtua menjadi bagian dari himmah (cita-cita)ku. Selalu terngiang dalam pikiranku peringatan Nabi saw, Aku memahami sabda Nabi ini sebagai dorongan untuk selalu melakukan perubahan. Hidup harus selalu bergerak maju ke depan. Selalu menjadi lebih baik. Bila hari ini kita telah melakukan kebaikan, itu artinya kita baru saja berbuat kebaikan. Sekarang kita harus menambah lagi dengan kebaikan-kebaikan lainnya. Bagiku hidup ini amanah. Kita harus menggunakannya sebaik mungkin, jangan sampai kita menjadi orang yang merugi. Inilah yang ingin aku usahakan. Inilah impianku. Dua “Ali pernah menyatakan firman Allah SWT, ‘Jangan kamu lalaikan nasibmu di dunia.’ Ia katakan pula, ‘Jangan lupakan kesehatanmu, kekuatan, kesempatan, kemudaanmu, dan kecekatanmu untuk sarana mencari akhirat.’ “ Di halaman 23, tertulis: kita akan meraih kebaikan-yang seringkali tak terduga-karena kita mampu menerima apapun yang terjadi dan terus bekerja keras mewujudkan apa yang diharapkan. Di halaman 27, tertulis: aku hanya mencoba mengikuti arus hidup yang entah mau ke mana membawaku. Aku yakin bahwa niat yang baik akan membawa seseorang pada hasil yang baik. Inilah sikap dasar yang diajarkan agama Islam. Aku yakin bahwa orang yang sedang berjalan di suatu perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka sesungguhnya ia sedang menempuh jalan kemuliaan. Seluruh alam memberkatinya. Kekuatan di alam semesta akan menyertai kemana pun ia melangkah. Syaratnya hanya satu; perjalanan yang ditempuh murni karena Allah. Tiga Di halaman 40-42 tertulis: bagiku Allah adalah pusat kehidupan. Kita berasal dari Allah (minallah), kita dan segala hal yang melekat pada diri kita adalah milik Allah (lillah), kita bisa menjalani hidup ini karena bantuan Allah (billah), bersama Allah (ma’allah) pula kita mampu melakukan segala aktivitas, dan pada akhirnya, kita semua akan kembali kepada Allah (ilallah). Kelima hal ini-minallah, lillah, billah, ma’allah, dan ilallah-telah mewarnai pikiran dan langkahku. Lewat keyakinan yang mendalam terhadap kelima hal ini aku menghadapi kenyataan-kenyataan hidup dengan tenang. Kesengsaraan maupun kebahagiaan sama nilainya di depanku. Kesengsaraan tidak menjadikanku putus asa, kebahagiaan tidak menjadikanku besar kepala. Di halaman 43 dikatakan: aku harus membuang kesombongan dalam jiwaku. Di samping karena memang aku tidak pantas, juga aku sadar kalau kesombongan hanya akan mendatangkan kehinaan dan keburukan. Di halaman 45-46 terdapat juga pesan yang menyentuh hati. Aku menyadari bahwa tidaklah mudah menjaga jarak dengan apa yang selama ini dikesankan milik kita. Kuncinya kita harus memisahkan ruh kita dengan apa yang telah kita (anggap) milik kita; apapun itu. Semuanya bukan milik kita, tapi milik Allah. Bila ruh kita masih terikat pada apa yang kita anggap milik kita, maka kita akan kecewa ketika secara tiba-tiba barang-barang itu diambil oleh Allah Al-Malik, Ia Yang Maha Memiliki. Empat Untuk bisa dekat dengan Allah, kata kuncinya adalah iman, iman, dan iman. Kita tidak mungkin bisa dekat dengan Allah, sementara kita tidak beriman (baca: percaya) kepadaNya. Bagaimana kita mau mendekat, sementara yang akan didekatinya tidak kita percayai. Iman adalah modal kita. Iman adalah tempat kita berpijak. Dari sinilah semuanya berawal. Dari sinilah semuanya bermula. Dalam iman itu, hati kita dalam genggaman Allah SWT (hlm 50-52). Berserah diri menjadi kata kunci berikutnya dalam memasuki pengalaman untuk mendekatkan diri kepadaNya. Berserah diri tidak mungkin ada pada diri kita bila kita masih memiliki ego tentang diri kita masing-masing. Berserah diri artinya adalah menyerahkan sepenuhnya semua masalah yang kita miliki kepada Zat yang menciptakan kita berikut masalah-masalah yang kita miliki. Berserah diri artinya adalah melenyapkan semua keakuan dalam diri kita masing-masing. Kita tidak disebut berserah diri manakala marah ketika dihujat dan dihina seseorang. Dan kita tidak disebut berserah diri manakala kita masih senang dengan pujian yang datang silih berganti kepada kita (hlm 54-55). Lima “Lihatlah dirimu, kerajaan Tuhan ada di dalam hati.” Di sini (hlm 57-64) diuraikan tentang lima unsur manusia, yaitu: Dari lima unsur ini, hati (qalb) merupakan unsur terpenting. Hatilah yang bisa menembus ruang dan waktu, merasa, berdialog, berinteraksi dengan siapapun, termasuk dengan Tuhan. Bahkan Nabi SAW memberitahu kita bahwa hati menjadi unsur utama dan penentu kualitas hidup kita melalui hadits berikut, Namun sayangnya, kebanyakan kita terpesona dan lebih memerhatikan tampilan fisik (hlm 63). Enam Di halaman 65-66 dikemukakan tentang persoalan-persoalan yang menjadi tabir (hijab) berkembangnya potensi hati. Pertama, hubbud dunya (cinta dunia). Kecintaan pada dunia dan segala hal yang berbau materialis akan menjadi tabir yang serius (QS Al-Hadid [57]: 20). Ia akan melalaikan hati dari tujuan hidup yang sejati, yang sesungguhnya lebih abadi. Kedua, adanya kotoran hati yang disebabkan oleh banyaknya dosa. Hati bagaikan cermin. Setiap kali melakukan dosa, tertoreh nukthah (titik) hitam di atasnya. Untuk mendidik hati dan menjadikannya bening, tasawuf memiliki banyak ajaran. Ada sembilan kiat sufiyah (hlm 68-72) yang bisa kita jadikan sebagai media mendidik dan merawat hati agar tetap bening: 1. Bertobat 2. Qana’ah 3. Zuhd Ad-dunya 4. Mempelajari syari’at 5. Memelihara sunah-sunah Nabi SAW 6. Tawakal 7. Ikhlas semata-mata karena Allah 8. ‘Uzlah 9. Memperbanyak wirid dan zikir yang dilakukan dengan hati, lisan, sikap, maupun perbuatan. Disebutkan pula sepuluh tata krama atau adab berdoa menurut Imam Al-Ghazali (hlm 78): 1. Memerhatikan waktu-waktu mustajab (diterimanya doa), Tujuh Ketika hati dan jiwa kita sudah lapang, tersenyumlah kita. Alam pun akan menyambut dengan seluruh aliran energi yang ada di permukaannya. Pada akhirnya masalah tidak lagi menjadi monster yang harus dihindari. Masalah menjadi bumbu yang harus diramu sehingga menjadi energi dalam hidup. Inilah yang ingin aku katakan sebagai ‘mengalirkan’ energi kehidupan kita kepada Allah SWT. Ia (Allah) lah asal segala sesuatu itu mengalir dan kembali. Pada titik inilah aku ingin menggarisbawahi tentang arah energi yang kita alirkan tersebut (hlm 85). Energi hidup yang mengalir dengan benar akan membawa keselarasan dalam hidup kita. Energi yang kita alirkan pada arah yang keliru, akan menghasilkan kerusakan seluruh dimensi kehidupan kita (hlm 87). Semua pada hakikatnya hanya satu episode yang belum berakhir dan terus akan mengalir hingga kita kembali berada di pangkuanNya. Renungkanlah QS Al Hadid [57]: 22-23. Delapan Manfaat utama energi zikir pada tubuh adalah untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh agar tercipta suasana kejiwaan yang tenang, damai, dan terkendali. Zikir juga merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengikat energi positif (hlm 93-94). Bila kita membiasakan diri untuk berzikir ada banyak manfaat yang diperoleh (hlm 96-101), diantaranya: Sembilan Al-ma’iddatu bait al-daa’, wa al-himyatu ra’su kulli dawaa. Ayat-ayat yang sering dibaca dan digunakan oleh Rasulullah SAW dalam proses pengobatan: Suatu ketika saat Nabi SAW pernah melakukan ruqyah (Jawa: suwok), beliau mengusapkan tangan kanannya sambil mengucapkan, “Allahumma robbannaasi-dzhabil-baksa wa-sy-fi anta-sy-syaafi laa syifaa-a illaa syifa-uka syifaa-a-llaa yughoodiru saqomaa.” Artinya: Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar zikir dan doa kita diijabah (dikabulkan) oleh Allah SWT: Bagian Kedua: Hidup-Matiku Melawan Kanker Sepuluh “Ilmuwan menemukan pikiran sebagai medan energi yang teratur, rumit, yang terdiri atas pola-pola getaran rumit. Pikiran bahagia menciptakan molekul bahagia, pikiran sehat menciptakan molekul sehat.” Ketenangan dalam menjaga stabilitas pikiran adalah kunci supaya kita bisa menjalani kehidupan ini dengan ‘seakan’ tanpa masalah. Dalam keadaan apapun, ketenangan adalah kata kunci yang harus diperhatikan. Itulah mengapa hanya jiwa-jiwa yang tenang yang bisa menjumpai Tuhannya kelak (hlm 115-6). Kecintaan memang fenomena luar biasa. Ia adalah energi yang amat positif bila kita bisa mengelolanya. Namun sedikit saja keliru, fatal akibatnya (hlm 121). Hidup ini harus dilalui dengan santai, tidak terbebani oleh apapun. Insya Allah, bila ini yang diterapkan, hidup kita menjadi sehat wal ‘afiat. Jadi, intinya terletak pada seni kita menata hati (hlm 123). Sebelas “Gunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara. Setiap kali berangkat ke pesantren, kedua orangtuaku selalu berpesan, “Urip ing pondok iku kudu ngurangi mangan, ngurangi turu, lan ngurangi ngomong sing ora migunani.” (Dalam bahasa Indonesia, kira-kira artinya begini, “Hidup di pondok pesantren itu haruslah dapat mengurangi makan, mengurangi tidur, dan mengurangi berbicara yang tidak perlu.”) Pesan ini aku ingat terus. Aku merasa pesan singkat tersebut mengandung hikmah yang luar biasa (hlm 127). Ketika kemampuan manusia berlebih ada saja yang diinginkan meskipun tak jarang akibat dari kecenderungan-kecenderungan yang ia pilih sering berakibat buruk pada dirinya sendiri (hlm 127). Dalam pandangan Islam, orang harus hemat. Tidak boleh boros, apapun alasannya. Hemat dalam konteks finansial tidak berarti bakhil (Jawa: medit) tetapi mampu me-manage uang secara proporsional (hlm 129). Dua belas Pada hari Rabu 28 Mei 1997, aku dioperasi. Berdasarkan pengalaman dan statistik medis, operasi otak, apalagi dengan jenis kanker yang ganas, akan mengkibatkan kelumpuhan anggota badan secara silang. Dr. dr. Zainal Muttaqin, spesialis bedah otak RS Kariadi Semarang, berkata kepada istriku, “Karena mas Amin kankernya di belahan kepala sebelah kiri, maka anggota badan sebelah kanan diperkirakan lumpuh, muka membengkak, bicaranya gagap, dan usianya antara tiga bulan sampai dengan satu tahun.” Aku tekadkan dalam diriku; AKU HARUS SEMBUH! Ada dua hal yang mendorongku harus sembuh: anak-anak dan ibu kandungku. Semangat itulah salah satu dari sekian penyebab aku masih bisa tegar dan semangat dalam menjalani hidup. Alhamdulillah, empat jam aku menjalani operasi otak dan berhasil. Apa yang diduga sebelumnya tidak terjadi. Anggota badanku sebelah kanan yang diramalkan lumpuh, tetap normal. Dua tahun setelah lepas dari kanker otak, tepatnya tahun 1999, aku merasakan sakit kepala yang sangat mengganggu kehidupanku, terutama saat beristirahat di malam hari. Hidungku berdarah. Akhirnya berdasarkan pemeriksaan CT Scan, tepatnya bulan November 2000, diketahui bahwa aku terkena kanker ganas nasofaring. Untuk pengobatan, diperlukan kombinasi antara bistral (sebanyak 30X) dan kemoterapi. Pada tahun 2001, berkat motivasi dan doa dari teman-teman, alhamdulillah, aku bisa melewati brbagi tahap pengobatan medis. Dan, aku bisa dikatakan telah sembuh dari kanker. Bagian Ketiga: Sembuhku Karena Zikir dan Doa Tiga belas “Kekuatan terbesar dalam diri manusia dalah dorongan alami tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri, tetapi kekuatan itu tergantung kepada sistem keyakinan. Semua dimulai dari keyakinan.” Peran jiwa kita sangat berpengaruh dalam melakukan penyembuhan terhadap sebagian besar penyakit psikosomatik. Pengobatan medis atau pengobatan dari luar sifatnya hanya membantu saja. dalam hal demikian, bahwa faktor utama penyembuhan, khususnya sakit psikis itu sebagian besar berasal dari dalam, yaitu sikap batin (60%), sedangkan selebihnya (40%) adalah faktor lingkungan, seperti faktor keluarga, obat, dsb. Untuk melawan kankerku, berbagai upaya dilakukan. Salah satunya dengan parade doa yang dilakukan oleh keluargaku, baik yang di Semarang, Gresik, dan Kediri. Selama operasi berlangsung, mereka membaca surat Yasin berantai tanpa putus sampai operasi selesai. Setiap malam, khususnya malam sebelum operasi, mereka membaca doa dan Shalawat Nariyah sebanyak 4444 kali dari jam 01.00 sampai subuh. Siangnya mereka membaca Shalawat Thibb al-Qulub sebanyak 1000 kali. Selama pelaksanaan operasi, kira-kira empat jam, keluarga terus menerus membaca surah Yasin secara bergantian. Empat belas “Berzikirlah kepadaKu, maka Aku akan berzikir untukmu.” Aku semakin yakin, bahwa berdoa, berzikir, dan bertawakal mempunyai kekuatan luar biasa. Ada kekuatan psikoreligius, yang dalam keilmuan termasuk dalam cabang psiko-neuro-endokrinologi atau psiko-neuro-endokrin-imunologi. Ini dapat dijelaskan sbb: kondisi psikis akan memengaruhi saraf dan saraf akan memengaruhi kelenjar, kelenjar akan mengeluarkan cairan endokrin, dan cairan ini akan memengaruhi kekebalan tubuh (hlm 171). Aku meyakini seyakin-yakinnya, zikir dan doa memegang peran yang sangat vital dalam proses pengobatanku. Doa adalah kekuatan dan harapan yang bisa memberi energi luar biasa kepada manusia. Itulah mengapa Nabi SAW bersabda, “Doa adalah pedang bagi seorang mukmin,” (hlm 176). Lima belas Selama aku melakukan pengobatan medis, aku mengamalkan zikir dan doa yang membantuku melewati masa-masa sulit dengan tenang. Sudah barang tentu kegiatan tersebut (zikir dan doa) diawali wasilah dengan amal shalih, berupa shalat, baik shalat fardlu maupun shalat sunah, terutama shalat malam. Sesudah itu aku berzikir dan berdoa: Bacaan-bacaan di atas, masing-masing dibaca sebanyak 100 kali. Waktu membacanya sesudah shalat fardlu dan sesudah shalat Tahajud. 6. Laa ilaaha illallaah 165 x, sesudah shalat fardhu, Selain itu, selama proses penyembuhan, aku sering melakukan nafas zikrullah, sebanyak tujuh kali, dengan teknik* sebagai berikut: Artinya: Kemudian nafas dikeluarkan (dengan hidung atau mulut) sambil mengucapkan, “Allaahu Akbar,” sekali. * Untuk penjelasan detail tentang tatacara lengkap, teknik visualisasi, dan nafas zikrullah, pembaca dapat langsung menghubungi Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A. di nomor HP beliau: 08122923652 atau 024-70124706. Mohon untuk tidak mengirim SMS, karena beliau sangat sibuk. (Ini tips khusus dalam memperkenalkan diri Anda: setelah menyebut nama panggilan Anda, sebaiknya Anda mengatakan mengenal Prof. Amin setelah membaca artikel yang ditulis oleh Dito Anurogo di internet, email: ditoanurogo@gmail.com) Bagian Keempat: Sakitku Memberiku Banyak Hikmah Enam belas “Hai sekalian manusia, kamu semua butuh kepada Allah, sementara Allah Mahakaya dan Mahaterpuji.” Ketika rasa sakit menyerangku perlahan mulai aku rasakan “betapa lemahnya manusia”. Baru dalam saat-saat menyedihkan, terhimpit, dan tak berdaya semacam ini aku merasa benar-benar tidak ada artinya. Aku baru menyadari betapa kecilnya manusia. Aku sepatutnya merenungi firman Allah berikut, Tujuh belas “Salah satu kebahagiaan anak cucu Adam adalah keridaan atas apa yang Allah takdirkan padanya, dan termasuk kesengsaraan anak cucu Adam adalah meninggalkan meminta kepada Allah dan juga kebencian atas apa yang Allah takdirkan baginya.” Aku menyadari bahwa di balik semua kejadian yang menimpa kita selalu ada hikmah yang bisa dipetik untuk bekal menjalani hidup berikutnya yang tak selamanya menyenangkan. Seringkali kita lupa untuk menghayati dan merenungkan semua yang terjadi pada kita; baik suka maupun duka. Sehingga hikmah hidup acapkali berlalu di hadapan kita, tanpa kita sapa, tanpa kita sentuh, tanpa kita nikmati. Padahal, di dalam setiap kejadian selalu ada hikmah (hlm 209). Delapan belas “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu amat pedih.” QS Ibrahim [14]:7 Allah SWT tidak pernah mengharapkan balasan apapun atas semua pemberianNya. Dia hanya meminta kita bersyukur; menggunakan nikmat dan rahmatNya secara fungsional dan proporsional (hlm 214). Amatlah naif bila kita masih menyebut amal ibadah kita sebagai suatu kebanggaan. Karena, semua yang kita lakukan dalam ibadah, pada hakikatnya, untuk diri kita sendiri. Semua ibadah yang kita lakukan merupakan manifestasi rasa syukur kita kepada Allah SWT (hlm 216). Sembilan belas “Kau katakan mawar dan tulip disini takkan layu. Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitabnya Al-Hikam, menyampaikan, “Kehidupan di dunia hanyalah sekadar tempat perubahan (tidak ada yang tetap dan abadi) dan sumber segala keresahan (kerusuhan). Dunia, memang menawarkan banyak kemewahan dan kesenangan. Akan tetapi, pada dasarnya semua yang terjadi di dunia tak bisa kita andalkan. Lambat atau cepat, pada akhirnya dunia akan menunjukkan jatidiri yang sesungguhnya; bahwa ia adalah kehidupan yang menjemukan. Yang pasti, semuanya akan berubah. Ya, benar… hidup adalah tempat segala hal yang pasti berubah. Biografi Singkat PROF. DR. H.M. AMIN SYUKUR, M.A. Beliau lahir di Gresik 17 Juni 1952. Saat ini penulis bertempat tinggal di BPI Blok S-18 Ngaliyan, Semarang. Sehari-hari beliau aktif mengajar di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, hal ini dilakukan sejak tahun 1980. Profesor yang low profile ini memiliki istri yang setia mendampinginya, Dra. Fathimah Usman, MSi. dan dua orang putri, Ratih Rizki Nirwana dan Nugraheni Itsnal Muna. Pendidikan formal yang pernah ditempuh: Profesor yang memiliki kapasitas intelektual dan spiritual yang luar biasa ini telah menggoreskan tinta emasnya di berbagai media massa, seminar, lokakarya. Adapun beberapa “magnum opus” beliau antara lain: Di samping aktif menulis buku, Guru Besar Tasawuf dan Trainer Seni Menata Hati ini juga aktif dalam berbagai penelitian: Profesor yang juga Direktur LEMBKOTA (Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Tasawuf) ini pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor III IAIN Walisongo (1996-2002), Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo dan hingga kini aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti ICMi Jawa Tengah, penasihat Yayasan Pendidikan PAPB Semarang dan NASIMA. Keterangan Gambar: |
